Monday, December 17, 2007

Menceraikan Mu

aku pernah berfikir untuk membuang mu
ah..tidak...meninggalkan mu
biarlah aku pakai bahasa yang lebih halus sedikit
agar kau tidak terlalu merasa kecewa
meskipun pada akhirnya mungkin kamu merasakan hal itu

aku dan kamu begitu jauh
seperti dadu dan kitab suci
seperti wiski dan susu rendah lemak yang kamu minum tiap pagi
ada batasan tanpa batas
membentas lebih panjang dari tembok cina
lebih tebal dari salju antartika
meski kata orang salju disana tidak lagi tebal karena global warming

aku pernah berniat menceraikan mu
memulai hidup baru sebagai lajang tanpa ikatan apapun
mengebara menembus rimbunan semak
atau terbang bersama elang jawa
tanpa risau dengan seseorang yang membangunkanku pagi-pagi
tanpa hirau akan uap kopi yang kau seduh
dan marah bila tidak di minum

aku menikmati hidupku lebih baik dalam kesendirian
setidaknya untuk sekarang
karena besok, aku tidak tahu akan masih hidup atau tidak
jadi buatku...hidup adalah hari ini....

aku pernah menyelipkan selembar karu perpisahan di bawah bantalmu
namun tak tahu, apakah pagi itu, kau membacanya atau tidak
namun malamnya...kamu tetap seperti hari-hari kemarin
tak ada yang berubah

kebikanmu itu....kebaikan yang membelenggu
kenapa kamu tidak pernah marah kepadaku
meski aku selingkuh dan kamu tahu bahwa aku sadar melakukannya
tapi tak ada sepatah ocehan pun yang keluar dari mulutmu
meski aku ingin sesuatu yang dramatik terjadi
namun nyatanya, kamu tetap sedingin patung lilin
dramatisasi yang aku harapkan sama sekali tidak terjadi

malamnya aku uring-uringan
aku tidak makan, tidak minum, tidak mandi, tidak mengganti baju yang aku pakai dari pagi
hanya berharap kamu akan marah padaku....
bahkan ketika kau menawarkan untuk melakukan itu pun
aku jelas-jelas menolak dan hanya melakukan onani di depanmu
aku ingin kau tersinggung
kemudian marah
kemudian membenci ku
dan minta cerai

ah..kamu begitu baik

1 Comments:

At 1:50 PM, Anonymous Anonymous said...

Well said.

 

Post a Comment

<< Home