Tuesday, July 26, 2005

Terhina

Bulan marah
Bintang mencaci
Awan menangis
langit Murka

Angin meniupkan kebencian
Matahari membakar sumpah serapah
Halilintar mengamuk pada tanah

Aku
Duduk tertunduk
terhina

Wednesday, July 20, 2005

Pengorbanan

Duduk
didepan pintu kamar
yang setengah terbuka
kau menangis..
tanpa suara
hanya air mata
manganak sungai
deras
jatuh pasti
di pipi mu

Bajingan tua
duduk manis di kursi tua
meludah ke mukamu
dengan darah kering dikaki
bekas luka sayat
pisau kecil
siang tadi

memakimu
dengan tudingan seribu caci
sumpah serapah yang terlontar
adalah petir
saat paruh purnama
setengah tiga
malam tadi

bibir yang kelu
enggan membantah
bukan tak bisa
hanya berkorban
pasrah

dua bocah
tak berdosa
tak tahu apa-apa
cuma ingin sekolah

memekik keheningan
memecah seringai
mungkin mabuk
oleh dua borol minuman
belum terbanyar
diwarung seberang jalan

dia
terus duduk
didepan pintu kamar
setengah terbuka
hingga fajar tiba
dan sarapan di sajikan
buat dua bocah
dan
sang serigala terinta

**

Perempuan Karoke

Dua orang perempuan
berbaju merah
menuangkan bir pada gelas separuh kosong
dengan sedikit rayu dari bibirnya
pula berwarna merah

Empat mata berbenturan
menyisakan kilatan hawa nafsu
pada atmosfer udara yang terbakar
asap rokok kebanyakan

Sang durjana mengibaskan sepasang kipas
menyiksa persendian keimanan
dengan nyanyian surga
yang memabukan

Sementara sepasang cahaya bersayap kemilau
melantunkan firman-firman

Hati gusar
tangan dan kaki gemetar

ucapku satu
bantu aku lewati malam terkutuk ini dengan indah

Monday, July 18, 2005

Kutitip Cintaku

Kutitip cintaku pada retakan cadas
Rinjani

Langkah dan jejak yang terpahat
pada sebongkah cadas lembah
tepian jurang di Plawangan

Setaingkai edelweis terombang-ambing
dihempas badai sore
bermandi awan senja merona jingga
pada jurang di plawangan

Badan letih yang terpanggang
mentari sore yang kemudian hilang berganti
gelap malam
bersinar bintang

Duhai
Wajah siapa yang kerap datang
menari manja pada pelupuk mataku yang enggan terpejam
memainkan serunai sahdu pada malam penghabisan

Apakan bidadari
yang turun mandi di segara anak
tau iblis yang menggangguku
seperti sabda dan wahyu pada buku suci

Duhai
Wajah yang terus menggoda ....
titipkan salam buat para sahabatku di sana
hari ini, aku menghabiskan hariku
memupuk cinta pada Ibuku
lewat pahatan cinta di cada Rinjani

***
Cerita usang dari Rinjani, waktu gw inget terus ama nyokap disana...

Saturday, July 16, 2005

Bunda, Ijinkan Aku memelukmu

Pada pertengahan abad
tangan mu masih menyimpan selaksa maaf
yang paling dalam
Menyisakan buatku, segenap kasih yang
kau balurkan lewat dekapan hangat mu
melalui lezatnya hidangan pada piring makanku

Di pertengahan abad,
masih kau doakan aku melangkah mencari rejeki
meski kadang malam membungkus
dan kau terjaga membuka pintu
atau menyiapkan segelas teh panas pengantar lelapku

Bunda
Sendiri dirimu tak pernah bicara letih
menjahit kancing baju yang lepas
meski tangan gemetar dan mata menyipit

Ijinkan hari ini aku memelukmu
membenamkan emosi yang membuncah marah
oleh hari ini yang terasa gagah
memperkosa kehidupan ku

tangan mu adalah restu
ucapmu adalah doa
sakitmu adalah cinta
letihmu adalah harap

bunda
ijinkan kudekap kau
malam ini saja

Pijar Matamu, Membunuh Sukmaku

Seharin penuh
kau padang aku lekat-lekat
menelanjangi tiap bagian pada tubuhku
yang membiru tertusuk dingin
tanpa kau sentuh

Pijar matamu
membununh sukmaku hari ini, sayang
kenapa tak kau lepaskan aku pergi
setelah semua kau dapat
malam tadi

Matamu membakar
lewat pancaran kilat di kerlingnya
memporandakan benteng kukuh yang ku bangun
bernama keimanan
malam tadi

***

Friday, July 15, 2005

Mentari Hari Ini

Adalah jingga pada mata
yang sayu menembus retina
tanpa ampun
menusuk ke syarap hingga tembus otak

Perasaan adalah gumpalan cendawan
mekar di musim hujan
kemudian entah kemana
kala kemarau menyapa

Mentari hari ini membakar
alam bawah sadar yang dibanjiri
benci
dan segudang caci maki

Perasaan adalah domba
pada padang rumput liar
penuh macan

Dan hidup
seperti menumpang
pada sebuah kapal pecah
tanpa kemudi atau tiang layar

tak bernahkoda

Thursday, July 14, 2005

Nyanyian- Putus/Kosong

Samurai
menusuk diri dengan katanya
ketika malu menggantung
mengejek di depan mata

Bukan
itu bukan bunuh diri
menebus kesalahan pada kegagalan hidup
adalah benar-benar sebuah surga baginya

Tentara
mati adalah pilihan paling menyenangkan
ketika hidup dalam penjajahan
atau tugas yang tak becus di tuntaskan

ah....
semboyan kosong
dari hati yang di setir sebuah keinginan
dusta yang disamarkan dengan pengabdian
agar sebuah lencana
atau bintang jasa
bersarang di punggung dan di dada

tapi
tetap takbisa mengganjal perut
yang kelaparan

Nyanyian- Rindu pada Kesunyian

Aliran air adalah nyanyian
hembusan angin pagi adalah tabuhan gong
Tetesan embun adalah suara gamelan

Kelebat awan putih
memantulkan semburat keemasan mentari
tak ada kepak merpati
atau suara jangkrik berlari

puncak-puncak agung
tempat dewata besemedi
hari ini aku terbungkus kabut
menyatu dalam dekapan mu

mata yang nanar
adalah sebuah zikir tanpa akar

kemana perginya malam
kalau ternyata selarut ini ada mentari bersinar terang
rindu
pada sunyinya puncak-puncak gunung
tertinggi

Nyayian- Gusar

Mata menerawang pada jarum jam
sudah lebih dari sepuluh menit

kenapa telpon di depan hidung
tak jua berdering?
apa dia lupa?
atau ada sesuatukah?

Perasaan yang terikat
seperti mantra para dukun yang membangkitkan
alam yang tidak nyata
kemudaian muncul menjadi
gumpalan peristiwa

telepon masih bisa
mati
dan jam terus berrlari
aku tahu
hari ini aku harus memulai

**

Monday, July 11, 2005

From My Beloved Bro -Sam

Masa Ini Adalah Masa Depan Yang Menanti Untuk Ditaklukkan,

Tak Ada Tawar Menawar Waktu.
Telah berkurang lagi satu angka dalam hitungan waktu
Tak ada kesempatan untuk menawar dan mempertahankannya

Mulailah menghitung kembali jejak-jejak yang tertinggal
Dan tanggalkan semua kenangan buruk bersamanya
Masa ini adalah masa depan yang menanti untuk ditaklukkan
Apakah akan kau tuntaskan cita-cita yang telah tertoreh
Atau hanya terbenam dalam bising waktu jaman

Jangan pernah berharap pesan singkat tertulis di pintu kamarmu
Tanpa pernah kau sediakan alas dengan pena bertinta
Jangan pernah pula kau berharap untuk usaikan hitungan ini
Tanpa pernah kau selesaikan janjimu pada hati yang menanti

salam,
met ulang Tahun Boim my lovely brother...
http://lelanang.blogspot.com